Bahkan orang suksespun mengalami masa dewemehkan, dipertanyakan, dan
diragukan.
Michael Bloomberg, setelah terpilih menjadi walikota New York
pasca tragesi 11 September melakukan langkah yang tidak populer di kota yang
“sulit diatur” tersebut.
Ia melakukan larangan merokok di restoran dan bar. Dengan tegas ia
mengendalikan peredaran senjata api. Bahkan pernah menuntut puluhan pedagang
senjata api ke pengadilan. Pajak properti di naikan sampai 18%. Sekolah
bermasalah di ambil alih pemerintah. Pengeluaran di hemat terutama menutup
beberapa kantor pemadam kebakaran. Banyak yang menilai kebijakannya sama dengan
bunih diri politik. Dari sebuah poling di ketahui popularitasnya melorot hingga
14%.
Bloomberg tetap pada pendiriannya.
Benar saja, setelah kebijakan tersebut di jalankan secara konsisten,
kejahatan turun 30%. Kelulusan dan kenaikan nilai siswa naik 20%, tingkat pengangguran
turun, proyek konsrtuksi meningkat dan simpanan uang kota surplus.
Akhirnya ia justru terpilih kembali sebagai wali kota New York untuk
periode berikutnya.
James Cameron di kenal sebagai sutradara film yang perfectionist (orang
yang menuntut kesempurnaan).
Ketika membuat film Titanic ia menuntut segala seseatu di buat semirip
mungkin seperti keadaan kejadian berlangsung.
Akibatnya biaya film kolosal di buat pada tahun 1996 ini membengkak
sampai $200 juta atau dua triliun rupiah lebih. Angka yang sangat besar di masa
itu, dan membuat dunia perfilman tercengang mengetahui besarnya biaya yang di
butuhkan.
Pengamat perfilman bahkan bilang, “ film ini akan menjadi awal
kebangkrutan Hollywood!” sebab belum ada film sebelumnya yang di buat dengan
biaya sebesar itu.
Ternyata semua perkiraan tentang kegagalan film ini salah besar. Titanic
menjadi salah satu film tersukses sepanjang
sejarah. Film kolosal ini menghasilkan uang US$1.4 miliar (Rp 14 triliun) dan
memperoleh 12 Oscar dari 14 yang di perebutkan.
Charles Darwin, yang kini dikenal sebagai bapak teori evolusi, sebelumnya
melepas karir di bidang medis untuk memperdalam keterkaitannya pada evolusi.
Saat itu ayahnya marah dan berkata, “ kamu tidak tertarik apapun kecuali
menembak, dan mengajar anjing dan tikus.”
Dalam otobiografinya, Darwin menulis, “ aku oleh semua guruku dan oleh
ayahku dianggap sebagai anak laki-laki yang tidak punya kelebihan apapun, agak
di bawah standar kecerdasan yang umum.”
0 komentar:
Posting Komentar