Ketika kecil pemuda Aceh ini termasuk bandel akan tetapi prestasinya di
sekolah tak mengecewakan. Ia juga aktif mengikuti kegiatan luar sekolah,
seperti ikuti lomaba puisi, lukis dan juga teater.
Ketika duduk di SMP, ia mulai bersentuhan dengan dunia musik dengan cara
bergabung dalam marching band. Alat musik pertama yang dimainkannya adalah
terompet. Sejak itu ia tergelitik untuk mengetahui beragam jenis musik.
Ia sempat mengikuti lomba Bahana Suara Pelajar di Aceh. Namun, nasib baik
belum berpihak. Teman yang jadi pemenang tampil di jakarta. Saat pulang ke
Aceh, temannya bercerita bahwa juara satu lomba tersebut, memiliki suara yang
mirip dengannya. Diam-diam ia mulai percaya diri.
Di sebuah acara PT.Arun, ia kemudian mengikuti lomba menyanyi. Saat nama
di panggil, ia deg-degan setengah mati. Jantung rasanya mau lepas, sampai lagu
teks lagu. Kejadian ini membuatnya sangat malu dan berjanji pada diri sendiri
tidak mau menyanyi lagi.
Puncak keterpurukannya terjadi saat guru pelajaran seni musik melakukan
pembagian suara untuk paduan suara.
Saat giliran saya di tes, sang
guru berkata :
“wah, kalau suaranya seperti kamu
begini, sampai kapanpun tidak akan terpakai di paduan suara atau jadi penyanyi!
Suara kayak kaleng rombeng begini.”
Sontak teman-teman sekelasnya menertawainya.
Ia di keluarkan dari kelompok paduan suara karena suaranya dianggap
seperti kaleng rombeng.
Apakah ini kisah tentang anak yang tidak bisa bernyanyi ?
Tidak, ini adalah kisah Tompi di masa kecil.
Kini Tompi tekenal sebagai salah satu ikon Jazz di Indonesia.
Tidak banyak penyanyi Indonesia yang bisa mendapat presikat sebagai ikon
penyanyi Jazz. Tompi adalah salah satunya. Keunikan suaranya menjadi daya pikat
penampilannya.
Pria kelulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini telah
merilis album Cherokee (2004), Bali Louge (2004), T (2005) dan Soulful Ramadhan
(2005) dan masih terus berkarya.
Berbagai pagelaran musik Jazz sudah dilakoninya baik di tingkat Nasional
maupun Internasional.
Untung tompi bisa mengabaikan ‘hinaan’ di masa lalu nya.
Ketika kuliah, di kampus ada lomba band, dan tompi tergabung dalam
perwakilan mahasiswa turut ambil bagian. Tak di sangka kelompoknya berhasil
menang dan kepercayaan dirinya untuk bernyanyi kembali pulih. Jurinya saat itu
langsung menawari mereka ikut lomba Panggung Band 2000 kerja sama dengan RCTI
dan Yamaha. Tompi dan kawan-kawan maju membawakan lagu Manuk Dadali, dan Tompi
memegang perkusi. Mereka memang tidak menang, tapi Tompi cukup puas. Dari situ
ia kembali melihat betapa dunia musik
menyenagkan dan ini membangun kepercayaan dirinya kembali untuk berkiprah di
bidang musik.
Hikmah:
Kepercayaan diri tompi sempat terpuruk karena komentar pedas guru
kesenian. Akhirnya ia meraih sukses luar biasa di dunia tarik suara.
Orang lain bisa melakukan kesalahan yang sangat fatal ketika menilai
potensi, seperti kegagalan gurunya untuk melihat sisi positifnya dari keunikan
suara Tompi.
Untung lah Tompi melupakan dan meneruskan impiannya.
0 komentar:
Posting Komentar