Ketika pertama kali
diminta redaktur majalah Islam untuk menulis cerpen, wanita ini ragu dan
mengatakan :
“ Saya tidak yakin bisa menulis, saya
tidak yakin berbakat menulis!”
Saya rendah diri dari ini
salah satunya berawal saat pertama kali ia mencoba menulis cerpen ketika masih
di sekolaj menengah.
Setelah begitu lama
menyusun kata demikata dan kalimet demi kalimat untuk cerpen pertamanya, dengan
semangat ia memberikan cerpen pertamanya untuk di baca seniornya di teater yang
merupakan sosok yang di hormatinya saat itu.
Sang senior dengan pedas berkomentar
;
“ Cerpennya picisan, gak istimewa!”
Beruntung gadis ini
mempunyai kakak sudah berpengalaman menulis di berbagai media.
Butuh waktu cukup lama
untuk meyakinkan si adik bahwa ia bisa menulis. Sekalipun awalnya agak ragu
akan kemampuannya, singkat cerita ia memberanikan diri untuk terus menulis.
Ia mulai menulis cerpen
demi cerpen dan dikirim ke majalah. Ada yang diterima, ada juga yang di tolak.
Ia mula mengikuti lomba
demi lomba. Ada yang berhasil jadi juara ada juga yang tidak.
Ketika ada penerbit yang
pertama kali tertarik membukukan karya-karyanya, ia sempat ragu, “ Apa bisa
laku terjual?” katanya.
Apakah ini kisah penulis tidak
berbakat?
Ini adalah kisah Asma
Nadia yang di kenal salah satu penulis best seller Indonesia yang paling
produktif saat ini. Ia sudah menulis lebih dari 40 buku novel dan kumpulan
cerpen, puluhan buku antologi, dan mensupervisi 150-an buku. Setidaknya lebih
dari 1 juta eksemplar bukunya tersebar di Indonesia. Luar biasa bukan ?
Asma Nadia sudah menerima
7 penghargaan nasional di bidang kepenulisan, serta di undang dalam berbagai
forum nasional maupun internasional, di antaranya: Korea, Mesir, Malaysia, Hong
Kong, Bruney Darusalam, Swiss, Jerman, Italy, Inggris, dan Jepang. Beberapa
bukunya pun telah di terbitkan di negara lain, seperti Malaysia dan India.
Beberapa karyanya sudah
masuk di layar kaca, bahkan cerpennya “ Emak Ingin Naik Haji” di
adaptasi kelayar lebar dan mendapatkan enam nominasi dalam FFI.
Untuk meningkatkan minat
baca, terutama di daerah minim, penulis ini mendirikan Rumah Baca Asma Nadia
yang sekarang sudah tersebar di Jabotabek (Depok, Penjaringan, Manggarai, dan
Cileduk), Pekanbaru, Jogja, Gresik, Tegal, Kebumen, Batam, Samarinda, Tenggarong
dan Balikpapan. Untuk memberdayakan wanita untuk menulis, Asma Nadia membuka
sebuah milis yang terbuka untuk umum bernama pembacaasmanadia@yahoogroups.com dan sudah mempunyai ribuan anggota. ( sumber : anadia.multiply.com, fan
page facebook asma nadia, dll)
Hikmah :
Terbayangkah, keberhasilan ini
awalnya lahir dari keraguan apakah bisa menulis?
Sekalipun pada awalnya
Asma Nadia ragu akan kemampuannya menulis, ia tetap berani mencoba, pelecehan
dan penolakan yang di alami, tidak membuatnya berhenti untuk terus berusaha
mengembangkan kemampuannya.
Asma Nadia tidak
membiarkan keraguan atas kemampuan diri sebagai hambatan untuk terus berkarya
sehingga menjadi salah satu yang terbesar.
Daftar Isi : Klik Disini
Sumber :
Daftar Isi : Klik Disini
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar