Minggu, 23 Februari 2014

Saya Tidak Yakin Bisa Menulis


Ketika pertama kali diminta redaktur majalah Islam untuk menulis cerpen, wanita ini ragu dan mengatakan :
“ Saya tidak yakin bisa menulis, saya tidak yakin berbakat menulis!”
Saya rendah diri dari ini salah satunya berawal saat pertama kali ia mencoba menulis cerpen ketika masih di sekolaj menengah.
Setelah begitu lama menyusun kata demikata dan kalimet demi kalimat untuk cerpen pertamanya, dengan semangat ia memberikan cerpen pertamanya untuk di baca seniornya di teater yang merupakan sosok yang di hormatinya saat itu.
Sang senior dengan pedas berkomentar ;
“ Cerpennya picisan, gak istimewa!”
Beruntung gadis ini mempunyai kakak sudah berpengalaman menulis di berbagai media.
Butuh waktu cukup lama untuk meyakinkan si adik bahwa ia bisa menulis. Sekalipun awalnya agak ragu akan kemampuannya, singkat cerita ia memberanikan diri untuk terus menulis.
Ia mulai menulis cerpen demi cerpen dan dikirim ke majalah. Ada yang diterima, ada juga yang di tolak.
Ia mula mengikuti lomba demi lomba. Ada yang berhasil jadi juara ada juga yang tidak.
Ketika ada penerbit yang pertama kali tertarik membukukan karya-karyanya, ia sempat ragu, “ Apa bisa laku terjual?” katanya.
Apakah ini kisah penulis tidak berbakat?
Ini adalah kisah Asma Nadia yang di kenal salah satu penulis best seller Indonesia yang paling produktif saat ini. Ia sudah menulis lebih dari 40 buku novel dan kumpulan cerpen, puluhan buku antologi, dan mensupervisi 150-an buku. Setidaknya lebih dari 1 juta eksemplar bukunya tersebar di Indonesia. Luar biasa bukan ?
Asma Nadia sudah menerima 7 penghargaan nasional di bidang kepenulisan, serta di undang dalam berbagai forum nasional maupun internasional, di antaranya: Korea, Mesir, Malaysia, Hong Kong, Bruney Darusalam, Swiss, Jerman, Italy, Inggris, dan Jepang. Beberapa bukunya pun telah di terbitkan di negara lain, seperti Malaysia dan India.
Beberapa karyanya sudah masuk di layar kaca, bahkan cerpennya “ Emak Ingin Naik Haji” di adaptasi kelayar lebar dan mendapatkan enam nominasi dalam FFI.
Untuk meningkatkan minat baca, terutama di daerah minim, penulis ini mendirikan Rumah Baca Asma Nadia yang sekarang sudah tersebar di Jabotabek (Depok, Penjaringan, Manggarai, dan Cileduk), Pekanbaru, Jogja, Gresik, Tegal, Kebumen, Batam, Samarinda, Tenggarong dan Balikpapan. Untuk memberdayakan wanita untuk menulis, Asma Nadia membuka sebuah milis yang terbuka untuk umum bernama pembacaasmanadia@yahoogroups.com dan sudah mempunyai ribuan anggota. ( sumber : anadia.multiply.com, fan page facebook asma nadia, dll)
Hikmah :
Terbayangkah, keberhasilan ini awalnya lahir dari keraguan apakah bisa menulis?
Sekalipun pada awalnya Asma Nadia ragu akan kemampuannya menulis, ia tetap berani mencoba, pelecehan dan penolakan yang di alami, tidak membuatnya berhenti untuk terus berusaha mengembangkan kemampuannya.

Asma Nadia tidak membiarkan keraguan atas kemampuan diri sebagai hambatan untuk terus berkarya sehingga menjadi salah satu yang terbesar.

Daftar Isi : Klik Disini

Sumber : 

0 komentar:

Posting Komentar