3 hari sebelum meninggal, Rasulullah Saw kesehatannya sudah menurun, jika beliau hendak sholat haru dipapah oleh keluarganya, seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib atau cucu beliau Hasan dan Husain.
Rasulullah Saw, meninggal dunia pada hari senin. Dan sebelumnya pada hari jum’at meminta para sahabat untuk berkumpul sejenak di halaman masjid Nabawi setelah sholat jum’at.
Beliau Nabi: “Hari ini saya (Rasulullah Saw) akan menyelesaikan urusan dengan kalian.”
Para Sahabat: “Ya Rasulullah, urusan apakah ? Engkau adalah seorang nabi, tentunya tidak ada apapun urusan dengan kami dan apapun yang kau minta pasti kami berikan.”
Beliau Nabi: “Ya saya tahu, apa yang saya minta akan kau berikan kepadaku.”
Para Sahabat: “Engkau adalah seorang nabi yang Ma’sum, urusan apakah yang hendak baginda selesaikan Ya Nabi ?.”
Beliau Nabi: “Ya benar, apa yang kau katakan padaku. Saya akan menyelesaikan masalah Habluminannas. Ketika berkumpul dengan kalian, semua dari berperang, berdagang, meminjam, berhutang pastinya semua itu ada yang membuat kalian sakit hati.”
Para Sahabat: “Ya Rasulullah, sesungguhnya adalah tanggunganmu telah aku bebaskan.”
Beliau Nabi: “Ya saya tahu, tapi tetap saya sampaikan. Selama kepemimpinan saya, adakah yang tidak setuju atau tidak menyukai, silahkan Qishas (Balas) saya.”
Mereka yang berkumpul di masjid Nabawi pada saat itu hanya hening terdiam, mendengar baginda Rasulullah berucap seperti itu. Tentulah siapa yang merasa tidak beruntung hidup dijaman beliau masih hidup atau dijaman kepemimpinannya, Subhanallah…..
tapi kemudian,
Ukas: “Rasulullah, saya yang sangat sakit hati.”
Tiada disangka ternyata ada yang bersuara memecah keheningan sesaat, sungguh para sahabat yang lain sangat takjub mendengar pengakuan Ukas saat itu.
Beliau Nabi: “Ya bagaimana Ukas, apa kau pernah tersakiti ?.”
Ukas: “Ya rasa sakit saya masih belum terbalaskan, karena selama ini saya belum sempat.”
Sungguh tidak disangka-sangka, namun tiba-tiba Sayyidina Umar bin Khottob berdiri dengan suara kerasnya.
Sayyidina Umar: “Ya Ukaaaas, satu langkah kau maju, akan ku tebas lehermu.” (Teriak Sayyidina Umar sambil mengengkat pedangnya).
Beliau Nabi: “Ya Umar, sesungguhnya aku mengetahui kedudukanmu di akhirat dengan derajat yang tinggi, maka duduklah.”
Beliau Nabi: “Bagaimana Ukas, apa yang aku lakukan padamu silahkan kau balas.”
Tidak lama setelah Sayyidina Umar bin Khottob bersuara, kembali Sayyidina Abu Bakar As-Sidiq berdiri dan bersuara lantang.
Sayyidina Abu Bakar: “Ya Ukaaaas, pedangku akan memutus pembicaraanmu, jika kau masih melanjutkannya.” (Teriak Abu Bakar sembari memegang pedangnya).
Saat itu Ukas hendak di masa oleh para sahabat, namun Rasulullah Saw melarangnya.
Beliau Nabi: “Ukas majulah.”
Ukas: “Ketika perang Ya Rasulullah, aku terkena cambuk kudamu dipunggungku.”
Beliau Nabi yang untuk berdiri saja harus dipapah dan dibantu para keluarga dan sahabatnya, namun masih ingin menyelesaikan urusan Habluminannasnya (Urusan dengan sesamanya). Subhanallah, Subhanallah…
Beliau Nabi: “Baik, Ya Ali, tolong ambilkan cambukku di Sayyidatina Fathimah.”
Yang pada saat itu Sayyidatina Fathimah yang menyimpan barang-barang Rasulullah ketika beliau mulai jatuh sakit.
Sayyidina Ali yang disuruh Rasulullah langsung lari ke rumah sambil menangis hebat. Sesampainya di rumah Sayyidina Ali memeluk Sayyidatina Fathimah dan menangis tersedu-sedu.
Sayyidina Ali: “Hai kekasihku, tolong ambilkan cambuk Rasulullah.” (Ucap Sayyidina Ali yang tangisnya terurai).
Sayyidatina Fathimah: “Untuk apa cambuk ayahku itu ?.” (Tanya Sayyidatina Fathimah yang terheran).
Kemudian Sayyidina Ali menceritakan apa yang terjadi saat itu di halaman masjid Nabawi.
Setalah mengetahuinya Sayyidatina Fathimah menangis bersama Sayyidina Ali dengan tersedu-sedu dan mengambilkan cambuk Rasulullah.
Sayyidatina Fathimah: “Apakah benar ini akan terjadi kepada utusan-Mu Ya Allah ?.” (Do’a Sayyidatina Fathimah saat bersujud dan menangis hebat).
Lalu Sayyidina Ali bin Abi Thalib bergegas membawa cambuk ke hadapan Rasulullah.
Beliau Nabi: “Ya Ukas, ini cambuk saya, silahkan Qishas saya.”
Namun tiba-tiba Sayyidina Ali bin Abi Thalib, berdiri sembari menangis hebat dan mengangkat pedangnya. Subhanallah Akhi Ukhti, tahukah seberapa berat pedang Sayyidina Ali ? beratnya mencapai 60 Kg, Pedang Sayyidina Ali sangat luar biasa saktinya, ia mampu menggempur dan menyerang benteng tentara romawi yang pada saat itu 3000 pasukan menggempurnya selama 2 bulan sama sekali tidak hancur. Tapi ketika Rasulullah mengutus Sayyidina Ali untuk maju sendiri menggempur benteng tentara romawi, sungguh luarbiasa dengan menggunakan pedangnya yang bernama Syaifullah, sebentar saja habis dan hancur benteng itu.
Sayyidina Ali berdiri dan berteriak….
Sayyidina Ali: “Ya Ukaaas……………………..” (Sembari mengeluarkan pedang dari baju pedangnya).
Beliau Nabi: “Jangan…. jangan, duduklah. Kau nanti di syurga bersamaku, sayang jangan kau kotori tanganmu.”
MasyaAllah Ya Rabb bergetar tangan saya menulisnya :’(
Beliau Nabi: “Bagaimana Ukas ? pukul saya !.”
Ukas: “Tidak Ya Rasulullah, dulu aku tidak memakai pakaian ketika terkena cambukmu dipunggungku.” (Seru Ukas).
Rasulullah yang sudah rentan dan sakit parah, berusaha membuka baju, tapi kemudian langsung Sayyidina Hasan dan Husain berlari memeluk Rasulullah sambil menangis.
Sayyidina Hasan-Husain: “Ya Ukas, sesungguhnya aku yang berhak menerima balasan.”
Beliau Rasulullah: “Wahai anak-anakku, duduklah.”
(Rasulullah Saw. memanggil cucunya Sayyidina Hasan dan Husain “Anak-anakku”).
Beliau Nabi: “Ya Ukas, selelsaikanlah urusanmu denganku.”
Dan akhirnya Ukas lari hendak mencambuk Rasulullah……………………………..
Tapi apa yang terjadi ??
Ukas malah mencium noktaf (tanda kenabian) atau stempel kenabian yang ada dipunggung kanan Rasulullah Saw.
Subhanallah Walhamdulillah Wa Laaillahailallahu AllahuAkbar….. Allah Maha Besar….Semua para sahabat menangis tersedu melihat kejadian tersebut, dan beliau Nabi Muhammad Saw memeluk dan menciumi Ukas.
Beliau Nabi: “Hai sahabt saksikanlah !! Ukas ini menjadi penghuni Surga dan lancar hisab ketika Allah Swt menghisabnya.”
Begitulah akhir dari kisah dan pelajaran yang diberikan Rasulullah Saw tentang penyelesaian Habluminannas…. sungguh aku sendiri bergetar, merinding ngga karuan…
karena adapaun Hadisnya ya Akhi ya Ukhty…..
Diambil dari Kitab Hadisun Nabawi (Hadis ke-418)
“Semua dosa akan diampuni, bagi orang yang mati syahid, kecuali hutang.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Muslim dari Ibnu Umar).
Begini penjelasannya:
“Orang yang bangkrut, adalah orang yang nanti ketika dihisab oleh Allah Swt, dia bangga dengan membawa ibadah sholatnya, amal shalehnya, shodaqohnya, zakatnya, hajinya. Akan tetapi, tidak lama akan ada orang yang datangdan menuntut. ‘Sesungguhnya kamu telah mencurangi saya, memukul saya, menipu saya, dan merebut hak saya !.’ Sehingga karena banyak yang menuntut kepadanya, Allah Swt memberikan segala apa yang dibawa akan Allah Swt bagikan kepada mereka yang menuntut haknya di akhirat nanti.
Kemudian tidak lama lagi, ada lagi seseorang yang menuntut haknya, namun segalanya telah habis dibagikan, hingga akhirnya Allah Swt mengambil dosa seseorang yang menuntut itu untuk diberikan kepada seseorang yang telah dituntut. Inilah orang yang Musflish (Bangkrut). Karena hutang bukan hanya materi tetap janji, ucapan, kemudian rasa sakit hati ataupun tindakan yang kurang menyenangkan atau tidak sesuai syariat yang dimana setiap manusia memiliki hak satu sama lain untuk dihargai dan saling menghargai, dan Allah tidak akan terima ketika satu hamba menyakiti seorang hamba yang lainnya.”
Allah Swt Maha Pemurah Maha Pemaaf dimana Ampunan bagi hambanya lebih luas dari gunung Ukhud ketika dosa seorang hamba sebesar gunung Ukhud. Dan akan lebih luas pangampunan-Nya bagi kita jika dosa seluas lautan, jika kita mau memohon ampun bertaubat dan beristighfar kepada-Nya.
Dengan beristighfar Allah Swt mengampuni dosa kita dan Habluminallah (Urusan dengan Allah Swt) telah selesai. Tapi lain halnya jika kita belum menyelesaikan Habluminannas (Urusan dengan sesama manusia) maka akan terus dibawa hingga ke akhirat.
lumayan untuk awalan
BalasHapus