Rabu, 28 Januari 2015

BAB 3

SHALAT SUBUH : Pengawal Hari

Ada kisah unik tentang shalat Subuh sebagai mana dinyatakan Dr. Raghib as-Sirjani. Adakah sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu (r.a) selalu menangis mana kala ia mengingat penaklukan Tastar. Tastar adalah satu kota benteng di Persia yang dikepung kaum Muslimin genap satu tahun setengah, hingga akhirnya ditaklukkan kaum muslimin, dan tercapailah kemenangan yang besar. Peperangan ini tergolong peperangan yang sangat berat yang di rasakan kaum Muslimin. Mengapa Anas bin Malik menangis?
Benteng Tastar bisa di terobos menjelang shalat Fajar. Pasukan Islam menerobos masuk benteng, kemudian terjadilah peperangan sengit antara 30.000 pasukan Muslim dengan 150.000 pasukan Persia.peperangan berlangsung sangat sengit. Pasukan Muslimin sempat terdesak. Suasana sangat genting, kritis, dan berbahaya.
Akhirnya, dengan karunia Allah, kaum muslimin menang. Mereka menang gemilang atas musuh, kemenangan yang tercapai bebrapa saat setelah terbit matahari. Saat itu, kaum Muslimin baru menyadari dihari yang sangat menakutkan itu, ternyata shalat Subuh sudah lewat!
Dalam kondisi begitu rawan, dentingan suara pedang mengintai batang leher, membuat kaum Muslimin tidak sanggup melaksanakan shalat Subuh tepat pada waktunya. Anas r.a.pun menangis karena tertinggal shalat Subuh, meski hanya sekali sepanjang hidupnya. Dia menangis, kendati dimaafkan. Mereka sibuk dengan jihad­­­­ – yang merupakan puncak Islam – namun mereka tinggal merupakan sesuatu yang sangat berharga!
Anas berkata, “Buat apa Tastar? Sungguh shalat Subuh telah berlalu dariku. Sepanjang usia, aku tidak akan bahagia seandainya dunia diberikan kepadaku sebagai ganti shalat ini!”
Kenapa sampai sahabat besar seperti beliau mengatakan demikian? Karena keutamaan shalat dan waktu Subuh.

Keutamaan Waktu dan Shalat Subuh
Banyak dalil yang menyinggung keutamaan itu.
Utsman bin Affan r.a. berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam (Saw.) bersabda : “Barangsiapa yang shalat Isya berjamaah maka seakan-akan ia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah (atau dengan shalat Isya --- seperti tertera dalam hadis Abu Dawud, dan at-Tirmidzi), maka seakan-akan ia telah melaksanakan shalat satu malam penuh”(H.r. Muslim).
            Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Kalau sekiranya manusia mengetahui apa yang tersembunyi dalam azan dan shaf pertama, maka mereka tidak akan mendapatkan bagian kecuali dengan jalan diundi didalamnya, niscaya mereka akan ikut serta dalam undian (banyaknya yang berbondong-bondong guna mendapatkan shaf pertama). Dan jika mereka mengetahui apa yang di dapatkan dalam awal kedatangan (shalat jamaah), niscaya akan berlomba-lomba. Dan, jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat  Subuh dan Isya, maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak”(H.r. Bukhari).
Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Dua rakaat Fajar (shalat Sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya” (H.r. Muslim).
            Ammarah bin Ruwaihah r.a. meriwayatkan bahwa dirinya mendengar Rasulullah Saw. bersabda,”Tidak akan masuk neraka, orang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari” (H.r. Muslim).
            Secara medis, shalat ini berhubungan erat dengan Tahajud dan kortisol. Ia menjadi semacam paket dengan Tahajud untuk mendapat efek kesehatan (sperti yang di bahas pada bab sebelumnya), mengingat shalat wajib pembuka hari ini tepat berada di penghujung sepertiga malam terakhir.
Dr. Barita Sitompul, Sp. JP, sesuai disiplin keilmuannya, spesialisasi jantung dan pembuluh darah, berhasil menyingkap sisi lain yang tidak kalah menajubkan tentang rahasia medisnya: bahwa shalat Subuh bermanfaat kerena mengurangi kecenderungan terjadinya gangguan kardiovaskular (sistem jantung dan pembuluh darah).
Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang valid, dikatakan puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada pukul 6 pagi sampai pukul 12 siang. Mengapa demikian? Karena, pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh di mana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis dan penurunan tegangan saraf parasimpatis. Tegangan simpatis yang meningkat dan mengakibatkan kita siap tempur, tekanan darah meningkat, denyut jantung lebih kuat dan seterusnya. Sebaliknya, saraf parasimpatis berperan dalam penurunan denyut jantung dan sejenisnya.
Pada pergantian waktu pagi buta (mulia pukul tiga dinihari) sampai siang itulah secara perlahan tekanan darah berangsur naik, karena terjadi peningkatan adrenalin. Kenaikan adrenalin berefek miningkatkan tekanan tekanan darah dan menyempitnya pembuluh darah (efek vasokontriksi) disertai meningkatnya sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku), yang pada akhirnya meningkatkan risiko pada sistem kardiovaskular.
Semua ini terjadi walaupun kita tertidur. Unik bukan?
Lalu apa hubungannya dengan shalat Subuh?
Diawali oleh Furchgott dab Zawadsky, yang pada tahun 1980 melakukan penelitian dengan mengeluarkan (baca: mengerok) sekelompok sel sebelah dalam dari dinding pembuluh darah arteri yang sedang diselidikinya. Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu: asetilkolin.
Pada penelitian tersebut terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu. Pembuluh tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin. Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran dan segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan atau melabarkan pembuluh itu.
Akhirnya, zat tersebut di temukan oleh ignarro-Murad, dan disebut NO (Nitrik Oksida). Diketahui pula bahwa NO juga berperan mencegah kecendrungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agresi atau sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita. Inilah zat yang mampu menstabilkan pada sistem kardiovaskular.
Kapan zat ini diproduksi? Zat NO selalu di produksi, baik dalam keadaan istirahat maupun tidur.produksinya dapat ditingkatkan oleh golongan nifedipin, nitrat atau yang sejenisnya. Meski demikian, ia bisa pula ditingkatkan dengan cara bergerak, dengan berolahraga.
          Jadi, jika kita bangun di pagi hari buta dan bergerak, maka hal ini akan memberikan penpencegahan kejadian garuh pada pencegahan ganguan kardiovaskular. Naiknya kadar NO dalam darah karena excercise yaitu wudhu, diketahui shalat sunnah dan wajib, apabila disertai berjalan ke mesjid, merupakan proteksi bagi kardiovaskular.
          Selain itu, patut di catat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan, posisi ini sapat meningkatkan kekuatan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis). Dokter Barira kemudian menyatakan,” Demikianlah kekuasaan Allah, ciptaan-Nya selalu dalam berpasang-pasangan, siang malam, panas-dingin, dan NO anti NO. Sudah sejak awal Islam datang menyerukan shalat Subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelasmenyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu belum sampai dan harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentan waktu ribuan tahun. Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasih-Nya pada hamban-Nya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar!”
          Tidak berlebihan Umar r.a. mengomentari seprti ini, “ Sungguh, ikut dalam shalat subuh berjamaah itu lebih baik bagi saya dari pada shalat malam.” Saat itu beliau r.a tidak melihat Sulaiman bin Hatsman dalam jamaah shalat subuh meski hanya sehari saja(ketika itu Sulaiman bin Hatsman tertidur pada waktu subuh karena shalat malam). Tapi ingat, lebih baik dapat keduanya karena efek medisnya jelas lebih ideal dari pada mengorbankan salah satunya.

 Setelah Shalat Subuh Mau Apa?
        Waktu subuh dan setelahnya memang luar biasa, waktu ketika dua poros bertemu: malas dan rajin. Jika ingin tidur, cepat sekali seorang itu tidur pada waktu ini. Begitu pula sebaliknya ketika bertahan untuk tidak tidur, maka semangat melalui hari siap diledakkan.
          Mana yang ideal?
          Ada beberapa waktu yang tidak dianjurkan untuk tidur, antara setelah subuh dan asyar. Karena itu, hendaknya kita tidak tidur setelah shalat subuh kecuali karena kita sakit atau alasan kuat lainya.
          Allah memberikan waktu setelah subuh ini dengan berbagai fasilitas. Proses pembuangan racun begitu maksimal, sehingga udara murni, baik untuk kesehatan, apalagi ditengah polusi yang meraja lela. Lihatlah embun, percaya atau tidak air dari alam inilah yang berkualitas terbaik begitu murni dan meyegarkan. Kapan lagi ada waktu seperti ini dalam 24 jam hidup kita?
          Jadi, ayo segera ber aktivitas! Ada banyak pilihan yang bisa dilakukan seorang Muslim.

Pertama, berdiamdiri di Masjid
          Anas bin Malik r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,”barang siapa mengerjakan shalat subuh dengan berjamaah kemudian berdzikir hingga terbit matahari (dan meninggi), kemudian shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna....dengan sempurna...dengan sempurna!” (H.r. at-Tirmidzi).
          Secara medis, doa dan dzikr sendiri memang luar biasa. Tidak hanya sekedar kesehatan mental yang terjamin, tapi juga fisik. D.r. Larry Dossey dalam bukunya The Healing Word telah mendokumentasikan efek penyembuhan dari dzikir dan doa. Salah satunya adalah penelitian D.r Byrd di San Fransisco General Hospital dengan menggunakan subyek 393 pasien jantung kritis.
          Guna menjamin validitas, mereka memang tidak berdoa sendiri, tapi didoakan. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, Kelompok A, didoakan dengan menyebut nama hingga masa pemondokan di rumah sakit selesai. Sementara pada Kelompok B, tidak. Hasilnya menakjubkan. Mereka yang didoakan lebih sedikit masa pemondokannya, dua kali lebih sedikit mengalami kemungkinan terserang gagal jantung kongestif, serta membutuhkan anti biotik seperlima lebih sedikit dari pada yang tidak. Dari data ini sudah tampak bahwa dengan hanya duduk, berdiri, atau beraktifitas, dibarengi dengan dzikir dan doa, sudah dekat dengan Allah, tidak menyia-nyiakan kesempatan maupun waktu dunia dan akhirat, menyehatkan pula. Nikmat bukan?!

Kedua, melakukan perenggangan dan latihan fisik (riyadah)
          Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, tetapi di tiap-tiap (seorang mukmin) itu ada kebaikan, maka berkeinginanlah (optimis) kepada apa-apa yang memberi manfaat” (H.R. Bukhari).
          Hiruplah udara segar, penuhi kebutuhan oksigen untuk ragamu. Menurut banyak dokter, cukup hanya 15-30 menit setiap hari. Yang jelas, sesuaikan dengan kemampuan diri, dan ingat ini bagian dari hak tubuh, tanggung jawab kita untuk memeliharanya, sehingga kelak kita tidak tergagap ketika ditanya, “ Untuk apa ragamu kaugunakan atau kaurusakkan?” Niatkan semua karena Allah, dan tunggulah hasil kedasyatan hasilnya untuk harimu.

Ketiga, melakukan aktifitas bermanfaat lainnya
          Banyak orang yang harus melakukan aktivitas rutin segera setelah waktu subuh. Jangan bersedih jika itu karena Allah. Karena, tiada yang akan sia-sia.
          Jika Anda pelajar, mahasiswa, penuntut ilmu,
          Abu Umamah r.a. meriwayatkan bahwa rasulullah Saw. pernah ditanya dua orang. Yang satu adalah ahli ibadah, dan satunya lagi adalah orang yang berilmu. Maka beliau menjawab, “Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah sama dengan kelebihan atas orang yang paling hina di antara kalian.”
          Setelah itu beliau bersabda:
          “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, termasuk pula semut didalam liangnya, termasuk pula ikan paus, benar-benar bersalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (H.r. at-Tarmidzi).
          Jika anda seorang yang harus segera berangkat bekerja karena beban nafkah dan kecintaan keluarga, Umar bin Khattab r.a. pernah berkata: ketika saya tertarik kepada seorang laki-laki, saya selalu bertanya, ”Apakah ia memiliki pekerjaan?” Bila mereka menjawab: ”Tidak!”, maka ia tidak ada artinya lagi dihadapan mataku (Umar).
          Abu Abdullah r.a., mulanya Rasulullah Saw., menceritakan bahwa Rasul Saw. bersabda, “Dinar (uang) yang baik dari seseorang adalah dinar yang diberikan kepada keluarganya, dan dinar yang di berikan kepada orang yang berkendaraan dijalan Allah, dan dinar yang diberikan kepada sahabatnya di jalan Allah” (H.r. Muslim).
          Lebih lanjut lagi, “Mencari nafkah (ma’isyah) untuk keluarga dan bersusah payah karena mencari ma’isyah mampu menghapus dosa-dosa yang tidak bisa dihapus oleh shalat, puasa, bahkan oleh haji dan umrah sekalipun”.
          Rasulullah Saw. bersabda dalam suatu hadis yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., “Satu dinar yang dinafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang di nafkahkan untuk memerdekakan hamba sehaya, satu dinar yang disedekahkan dan satu dinar yang dinafkahkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah yang dinafkahkan untuk keluargamu.”
          Diceritakan suatu ketika Rasulullah Saw. shalat subuh di Masjid Nabawi. Begitu pulang beliau mendapati putrinya, Fatimah, masih tidur. Maka beliau pun membalikan tubuh Fatimah dengan kakinya, kemudian berkata: “Hai Fatimah, bangunlah dan saksikanlah Rezeki Rabb-mu, karena Allah Swt. Membagi-bagi rezeki pada hambanya antara shalat Subuh dan terbitnya matahari”(H.r. Baihaqi).
          Shakr al-Ghamidi r.a. meriwayatkan bahwa rasulullah Saw. bersabda, “Ya Allah berkatilah umatku di waktu pagi“(H.r. at-Tarmidzi, Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu majah).
          Inilah hikmah nyata dalam kehidupan sehari-hari, rezeki insya Allah begitu lancar sepanjang hari, diawali dengan barokah pagi hari. Belum lagi jika kita berbicara dengan kehidupan di kota besar, maka bangun subuh unruk kemudian bersiap-siap setelahnya menjadi pola hidup wajib, tuntutan kerja yang sangat berat diawali dengan sujud yang dalam, penuh harap akan ridha-Nya. Segar, dan siap mendapat ruh sehari.



 Sumber : 

0 komentar:

Posting Komentar