Bismillahirrohmanirrohim

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

HEALTY LIFE

Like This.

Rabu, 23 April 2014

BAB 2


TAHAJUD

AISYAH radhiyallahu ‘anha menyaksikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW). sholat sampai bengkak kedua kakinya. Maka Aisyah r.a berkata : “ mengapa engkau meakukan hal ini, padahal Allah telah mengampunimu dari segala dosa yang telah lalu dan yang akan datang?”Beliau Saw. bersabda, “tidak layaklah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (H.r. Bukhari, dan Muslim).
Subahanallah...”Tidak layaklah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Ibadah Tahajud memang menakjubkan. Terlihat berat pada awal pelaksanaan ketika belum terbiasa, tapi akan menjadi suatu yang ringan , menentramkan, bahkan dapat membuat air mata sang pengamal menitik ketika terlewat mengamalkan pada suatu kesempatan.
Pada Awalnya Wajib
Qumillaila illa qolila. “Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya),
 ([1525]. Sembahyang malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. Setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat. )” (Q.s. Al Muzzammil [73] : 2).

          Inna sanulqi ‘alaika qoulan sakila.“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (Q.s. Al Muzzammil [73] : 5).

          Ya, amanat yang berat, beban yang sulit, dan perintah-perintah yang membutuhkan tekad yang kuat, serta totalitas yang tinggi. Amanat yang sebelumnya telah di tolah oleh langit dan bumi; keduanya khawatir keduanya tidak mampu mengembannya, lalu beban itu di bebankan di pundak manusia.

          Kemudian, dalam catatan kaki ayat 2 di atas, di jelaskan bahwa “ Sembahyang malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. Setelah turun ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunah.”

          “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
           Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepada mu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.
          Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an dan dirikan sholat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
          Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan memohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.s. al-Muzzammil [73] : 20.

Kenapa Diubah Menjadi Sunah?
Allah A’lam. Seiring bertambahnya umat dengan beranekaragam sifat, maka Sang Pembuat Syariat mengizinkan perubahan itu. Jika ingin meraba jawabannya, masih ingat kah Isra’ dan Mi’raj yang pada mulanya berisi syariat shalat wajib 50 waktu? Itu karena kasih sayang-Nya yang besar, mengingat kebanyakan manusia lalai. Maka, diberikannya media penjagaan dalam jumlah banyak. Namun, kasih sayang-Nya yang maha murah jualah yang kemudian menjadikan hanya 5 waktu dengan keutamaan 50 wwaktu, mengingat sifat lalai sang makhluk itu  pula. Anugrah sholat untyuk kebaikan manusia itu sendiri dikhawatirkan bisa menjadi beban yang kian memberat dan menambah dosa.
Sebagian orang yang melihat seorang Muslim harus bangun jika masih diwajibkan sampai sekarang pada sepertiga malam akhir, bayangan dan prasangka muncul. Muncullah penilaian seperti ini, “ katanya syariat Islam mudah, tapi istirahat susah!” Allahu A’lam.
Apa pun penilaian seperti diatas, posisi ibadah Tahajud tetap agung. Dalam sebuah riwayat yang di kemukakan Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda,” Shalat sunnah yang utama setelah shalat fardu adalah shalat Tahajud” (H.r. Abu Dawud).

Manfaat Medis Sholat Tahajud
          Dr. Sholeh dalam bukunya terapi Sholat Tahajud  berhasil mengetengahkan sebab ilmiah dari ibadah luar biasa ini. Diilhami dari sabda Nabi,”Shalat Tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan diri dari penyakit” (H.r. at-Tarmidzi), maka beliau menggunakan sebagai bahan disertasi, dengan memilih topik khusus tentang hormon kortisol dan kaitannya dengan Shalat Tahajud.

Kortisol
          Apa itu Kortisol? Sebuah diskusi pelik pernah terjadi ketika membahas hormon ini. Pasalnya, beberapa ahli yang terikat komersialisasi produk pelangsing mencap sebagai “hormon jaht” hanya karna salah satu efeknya yang bisa mengakibatkan kegemukan. Selaku Muslim, kita jangan pernah berfikir seperti ini. Untuk kepentingan apa pun juga. Tidak mungkin Sang Khaliq menciptakan sesuatu dengan kesia-siaan, terlebih lagi banyak literatur yang menunjukan berbagai bukti manfaat kortisol.
          “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.s. Ali ‘Imran [3]:191).
          Hormon ini dikenal sebagai hormon stres. Kadang dengan nama inin lebih menguatkan alasan untuk menyalahtafsirkan kostirol sebagai “hormin jahat”. Padahal, fungsi utama justru untuk menangkal dan mempersiapkan tubuh terhadap stres! Sebuah penelitian pada hewan percobaan menunjukan bahwa tiadanya hormon ini justru mengakibatkan hewan tersebut tidak layak hidup, sangat rentan dan lemah terhadap berbagai tekanan dari luar. Boleh jadi hewan ini masih bisa bernafas dan mengatur bagian dalam tubuhnya, tetapi terhadap kendali bagian luar atau lingkungan, sangat labil.
          Kostirol dihasilkan oleh kelenjar di ginjal dengan kontrol dari otak jika stres atau hal yang membuat tubuh memerlukan pelepasan hormon ini terjadi. Fungsi bermacam-macam, tapi yang utama adalah berkaitan dengan pengaturan pembakaran zat-zat gizi serta penggunaannya, yang lazim disebut metabolisme.
Berbicara tentang metabolisme, tidak lepas dari 3 komponen utama, yakni zat gula atau karbohidrat yang banyak terdapat pada nasi serta makanan pokok, kemudian lemak atau lipid pada daging, serta protein. Dari tiga zat ini, kortisol lebih berperan dalam metabolisme karbohidrat, yakni mempercepat glukosa (komponen karbohidrat) ke darah untuk menjamin tersedianya energi untuk menghadapi beban dari luar. Sementara terhadap kedua zat gizi lainnya, kostirol membantu proses perubahan zat tersebut menjadi glukosa yang dalam istilah kedokteran dikenal sebagai glukoneogenesis. Diantaranya terhadap lemak, maka banyak cadangan lemak yang di lepaskan dari jaringannya untuk kemudian di ubah menjadi glukosa. Demikian terhadap protein pada hati dilepaskan untuk kemudian di ubah lagi menjadi glukosa.
Fungsi terakhir inilah yang mempengaruhi bahasan pokok yang di ketengahkan Dr. Sholeh. Preotein merupakan pembentuk sel-sel pertahanan tubuh, ketika fokusnya di arahkan untuk mengubah protein menjadi zat gula, maka akan ada penekanan terhadap perubahan protein ke zat fungsional lainnya. Secara ringkas, Granner dalam Biokimia imun (pertahanan) tubuh, mengakibatkan seseorang rentan terhadap penyakit.

Jadi, memang membahayakah kostirol? Seperti telah disebutkan di atas, kita hendaknya jangan berfikir negatif terlebih dahulu. Allah selaku penciptanya tentu telah memberikan semuanya agar berjalan ideal. Jika ada kerusakan atau ketidaksempurnaan, maka tangan manusialah sebenarnya yang menyebabkannya.
Kortisol dikeluarkan dari kelenjarnya dengan stimulasi otak secara periodik, sehingga membentuk suatu irama ritmis dengan puncak dan lemah tiap harinya.” Coba lihat gambar dibawah ini. Tampak bahwa kapan saat tertinggi hormon kortisol dikeluarkan, dan kapan ia mencapai kadar terendah.”

Konsentrasi Kortisol
              


          Pada gambar diatas terlihat bahwa kadar tertinggi kortisol di capai setelah tengah malam  (dini hari) hingga siang hari.  Inilah hikmah persiapan fisik tiap individu yang secara natural memang akan mengalami banyak tekanan, baik tekanan alam maupun tekanan diri selama insan, sehingga Sang Pencipta yang Maha Penyayang telah menyiapkan kita menghadapi beban itu.

Hubungan Kortisol dan Tahajud
        Lalu apa hubunganmhormon ini dengan ibadah yang paling utama setelah shalat fardhu : Tahajud?
         Terkait dengan irama sirkadian diatas, dapat di pahami bahwa kortisol dibutuhkan untuk melawan stres harian, hanya saja yang dihndari adalah pengaruh negatifnya yang mampu menekan sistem imun yang bisa berakibat seseorang menjadi rentan sakit. Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menurunkan kadarnya secara umum, sehingga kita sehat dengan sistem imun tinggi namun saat yang sama tetap kuat menghadapi tekanan sehari?
          Dengan melibatkan 41 responden siswa SMU Luqmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dr. Moh. Sholeh berhasil mempertahankan disertasinya dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. Judul disertasinya “Pengaruh Sholat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi.” Dari 41 siswa tersebut, hanya 23 yang sanggup menjalankan shalat Tahajud selama satu bulan penuh. Setelah di uji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan shalat Tahajud selama dua bulan (ingat hanya 19 yang tersisa dari 41, ini berarti ketahanan mental memang berperan dalam hal ini). Shalat Tahajud dimulai pukul 02:00-03:30 WIB sebanyak 11 rakaat; dua rakaat sebanyak empat kali, ditutup shalat Witir sebanyak tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol 19 siswa tersebut diperiksa di tiga laboratorium di Surabanya.
          Hasilnya: didapatkan kadar hormon kortisol yang stabil dan relatif lebih rendah pada pengamal shalat Tahajud. Ketika di uji kadar sistem sistem imunnya, diperoleh hasil yang bermakna pada uji statistik dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa shalat Tahajud berpengaruh pada peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik.
          Lalu apa yang menyebabkan itu terjadi? Dr. Sholeh menjelaskan bahwa shalat Tahajud yang dijalankan dengan tepat, kontinu, khusyuk, iklas mampu menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan memperbaiki suatu mekanisme tubuh dalam mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban mengingat. Tahajud dalam hal ini menjadi salah satu jalannya. Mekanisme ini dikenal dengan coping.
          Respon emosi positif dan coping yang efektif dapat mengurangi rekasi stres. Memang diakui bahwa coping tidak menyelesaikan masalah, tapi menolong subjek mengubah persepsi atau meningkatkan kondisi yang di anggap mengancam. Dengan demikian, dapatkah di pahami bahwa respon emosional positif atau coping yang efektif sebagai dampak langsung shalat Tahajud mampu menghambat pengeluaran kortisol yang berlebihan.
          Untuk melengkapi dan membandingkan temuan Dr. Sholeh, mari kita simak penuturan Dr. Abdullah Azzam berikut ini. “ Aku dan beberapa ikhwan pernah berjumpa dengan salah satu seorang ulama amilin mujahidin yang tidak pernah ketinggalan Qiyamul Lail (shalat Tahajud) walau semalam. Didalamnya beliau membaca satu juz penuh, dan beliau melipatgandakannya pada bulan Ramadhan. Semua itu dengan catatan bahwa beliau sudah lanjut, beliau mengudap penyakit gula, hipertensi, dan beberapa penyakit lainnya. Di belakang beliau, kami waktu itu masih muda yang sengaja menghindar. Padahal, sebenarnya kami bertugas untuk menemani beliau di rumah sakit untuk beberapa hari saja, bukan untuk selamanya.
          Ikhwan yang menetap bersama beliau, tentu saja mengerjakannya secara kontinu setiap malam. Karena itulah suatu hari setelah Syekh keluar dari ujian yang menimpa beliau, aku katakan pada diriku sendiri, “Sesungguhnya, faktor terpenting dari kesuksesan beliau adalah Qiyamul Lail dan shiyam (puasa) yang beliau kerjakan. Meskipun para dokter selalu memperingatkan beliau tentang shiyam yang beliau kerjakan, meskipun beberapa kali beliau mengalami dehidrasi sebagaii akibat dari penyakit gula yang beliau derita.’ Aku katakan pada diriku lagi , ‘Kiranya rahasia kekuatan Syekh dalam menghadapi kebatilan dan rahasia ketegarannya dalam menghadapi berbagai kesulitan dan siksaan di saat umu beliau sudah lebih 50 tahun, mata telah buta, dan beberapa penyakit ganas menggerogoti beliau, kiranya rahasia ini semua adalah Qiyamul Lail.
          Beliau tiada henti memompa kekuatan demi kekuatan bagi hati sehingga tertanamlah semangat yang tinggi dan tekad yang membaja. Anda akan melihat, di dalam tubuh yang lemah dan badan kurus kering, terdapat ‘azam yang dapat meruntuhkan gunung-gunung dan memporak-porandakan benteng pertahanan. Semua karena tadzallul (merendahkan diri) beliau kepada Allah yang terus-menerus. Semua karena kekhusyukan beliau, ketundukan beliau kepada Allah, dan ketakutan beliau hanya kepada Allah saja.”
          Bukti jelas di hadapan. Lalu, masihkah kita memaksa untuk membutakan diri dari padanya? Ayo, segera beramal, Tahajudlah!

Keiklasan
          Apakah semuanya bisa selancar itu? Sebagaimana hadis yang mengilhami Dr. Sholeh di atas (“Shalat Tahajut dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan diri dari penyakit”), idealnya memang akan didapat hasil yang luar biasa pada tiap individu pengamalannya. Sebagaimana yang ditelaah dalam buku Terapi Shalat Tahajud karya Dr. Sholeh sendiri, sabda Nabi Saw. ini dapat di hubungkan dengan fakta dalam penelitian McCleland yang membuktikan bahwa ketenangan bisa meningkatkan ketahanan tubuh ( sistem imun), mengurangi resiko terrkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan hidup.
          Karena itu, bagi kelompok individu yang sakit setelah menjalankan Shalat Tahajud, mungkin berkaitan dengan niat yang tidak iklas. Penyelenggaraan Sholat Tahajud secara terpaksa akan mengakibatkan kegagalan proses adaptasi terhadap perubahan irama sirkadian tersebut.
          Gangguan adaptasi ini tercemin pada sekresi (pengeluaran hormon kortisol yang seharusnya menurun pada malam hari. Namun, karena di malam hari ia dapat beban untuk melakukan Shalat Tahajud, sekresi kortisol tetap tinggi, sehingga terjadi penekanan produksi sistem imun. Akibatnya, terjadilah kondisi pada kelompok pengamal Tahajud seperti ini : menjadi sakit.
          “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan/mengiklaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,   mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Q.s. al-Bayyinah [98]:5)
          Unik bukan, hanya dengan niat saja terjadi perbedaan hasil yang begitu jauh?!
          Abu Umamah r.a. meriwayatkan bahwa seseorang telah menemui Rasulullah Saw. dan bertanya, “ Bagaimana pendapatmu tentang seorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapat pahala?”
          Rasulullah Saw. menjawab,”ia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang tadi mengulangi pertanyaannya yang sama tiga kali, dan Rasulullah Saw. pun menjawab,” ia tidak mendapatkan apa-apa.”.
          Lalu beliau Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. Tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-Nya” (H.r. Abu Dawud, dan an-Nasa’i).
          Umar bin Khathab r.a. berkata: saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya, amalan-amalan itu tergantung kepada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa niat hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa niat hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya atau wanita yang yang dinikahinya, hijrahnya pun untuk apa yang ia niatkan”(H.r. Bukhari, dan Muslim).
          Maka, mari kita luruskan niat kita, nbaik awal, di tengah (pada saat beramal), maupun di akhir ( setelah beramal). Semuanya lillahi ta’ala......

Waktu Shalat Tahajud
          Malam hari terbagi dalam tiga bagian. Pembagian ini terkait dengan al-Qur’an surat al-Muzzammil [73] ayat 3 dan 4, “separuh malam, kurang atau lebih.” Merujuk pada penjelasan Departemen Agama RI, apabila diinterpretasikan menurut waktu Indonesia, sepertiga malam pertama kira-kira pukul 22.00-23.00 WIB. Seperdua malam diperkirakan  kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB. Sepertiga malam terakhir adalah sekitar pukul 02.00 WIB, atau pukul 03.00 WIB, sampai sebelum fajar atau masuk waktu shalat Subuh. Diantara ketiga waktu ini, sebaik-baiknya adalah sepertiga malam terakhir.
          Pada saat manakah shalat malam yang lebih utama? Abu Dzar r.a. pernah menanyakan hal ini kepada Rasulullah Saw. Maka, beliau Saw. bersabda, “ Pada tengah malam yang terakhir, tapi sedikit sekali yang suka mengerjakannya” (H.r. Ahmad).
          Amr Ibnu Abbas berkata: Saya mendengar Nabi Saw.  bersabda: “Sedekat-dekatnya hamba kepada Allah Swt., ialah di tengah malam yang terakhir, maka jika engkau trmasuk golongan orang-orang yang berzikir kepada Allah Swt. Pada waktu itu usahakanla!”(H.r. al-Hakim).
          Tuhan kita,’Azza wa jalla, tiap malam turun kelangit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. Pada saat itulah Allah Swt. Berfirman :”Barang siapa yang berdo’a kepada-Ku pasti Ku-kabulkan, barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti Ku-ampuni”(H.r. Jamaah).
          Begitu segarnya hari ini, kuawali hidup dengan sujud ikhlas pada-Nya, sementara janji-Nya pasti. Insya Allah kesuksesan telah tergenggam.

          Disaat masih banyak manusia lalai dan terlelap. Terimalah ketundukanku ini ya Rabb...

Sumber :

Selasa, 15 April 2014

BAB 1

KEBERSIHAN DIRI


AIR
Tidak bisa di pungkiri, air adalah benda ajaib yang begitu vital bagi desah nafas kehidupan. Orang bisa bertahan 40 hari tanpa makanan, asalkan kebutuhan air tercukupi. Sementara jika tidak ada air? Jangan harap! Penelitian yang di lakukan Dr. Masaru Emoto yang di tulis dalam buku pertamanya The Hidden message in water makin membuktikan ke ajaiban pelarut utama di muka bumi ini.
Pecobaan dilakukan Emoto dengan membacakan sesuatu kata atau memberi perlakuan terhadap sebotol air murni. Kemudian di ambil beberapa tetes dengan pipet di taruh di piring petri untuk wadah penelitian. Selanjutnya di masukan ke dalam alat pendingin dengan suhu mencapai -25ºC.
Setelah air berubah menjadi es, air kristal diteliti di bawah microskop pada suhu ruangan 5ºC. Dalam proses meleh nya air es karena suhu ruangan, Dr. Masaru Emoto memotret proses tersebut. Kristal air dapat dilihat pada saat kepingan Es meleleh Hasilnya sebagai berikut.
a.       Kata “arigato” (terimakasih), terbentuk kristal segienam yang indah.
b.      Kata “setan”, kristal terbentuk buruk.
c.       Di putarkan simfoni Mozart, kristal berbentuk bunga.
d.      Di perdengarkan musik heavy metal, kristal hancur.
e.       500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” kristal air mengembang bercabang-cabang dengan indahnya.
f.       Di bacakan do’a Islam, terbentuk kristal bersegi enam. (heksagonal) dengan lima cabang daun yang muncul berkilauan.
Dr. Masaru Emoto kemudian menyimpulkan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau pack disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan , semakin dalam pesan tercetak di air.
Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Bisa di bayangkan, setiap saat kita diminta menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, mensucikan diri dari najis dan hadas, yang semua di awali dengan bacaan “basmalah”.
Abu Huraira radhiyallahu ‘anhu (r.a) meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW.) bersabda ,”Tiap-tiap pekerjaan yang tidak di awali dengan ‘bismillah’(dengan nama Allah), maka terputuslah barakahnya” (H.r. Abu Dawud) .

Cuci Tangan
    
   Cuci tangan adalah lini pertama pertahanan kuman. Buktinya, coba lihat apa yang pertama kali Rasulullah Saw. perintahkan saat bangun tidur?
       Abu Huraiah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “ bila salah seorang dari kalian bangun tidur, janganlah memasukan tanganya kedalam bejana sebelum mencucinya tiga kali, karena ia tidak tau apa saja yang di sentuh tangannya sewaktu tidur” ( H.r. Bukhari dan Muslim).
       Bila tangan tak bersih, penyakit perut dari sumber mulut (faecal-oral) muncul. Termasuk terancam kasus SARS, flu burung, influenza (bisa berasal dari jemari yang menyentuh tombol lift, pegangan pintu, genggam telepon, perabotan di tempat umum, uang dll.). apalagi ketika kita tidur orang memang tidak tahu apa yang di pegangnya selama terlelap. Dengan syariat ini, jemari tangan di buat aman dan kemungkinan tercemar seperti itu.
       Prosedur pencucian yang salah atau tidak sesuai medis. Seperti teknik kobokan, hanya membasahi jemari sementara kondisi tangan secara umum tidak berbeda antara sebelum dan sesudah. Kuncinya ada pada air mengalir. Betapa banyak junjungan kita memerintahkan hal ini : membasuh dengan air yang mengalir atau di alirkan. Karena, dengan mengalir penyapuan kotoran serta kuman terjadi. Dengan kobokan mana mungkin ?! apalagi kobokannya berjamaah, bersama-sama Waduh!
Meski mencuci tangan dengan air mengalirpun, jangan hanya sekedar didiamkan  menerima air, bagai mana bisa membersihkanya?! Jadi, harus di gosok! Mulai dari kuku, sela-sela jari hingga telapak dan punggung tangan. Kadang berapa bagian ini sering di lupakan.
Jadi, mari kita biasakan mencuci tangan dengan prosedur yang tepat. Ridha Allah dapat, kesehatan juga kena.


Menyikat Gigi atau Bersiwak
Aktivitas ini multimanfaat. Karena amat bermanfaatnya, Rasul Saw. bersabda, “Seandainya tidak memberatkan ummatku, maka akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat” (H.r. Bukhari dan Muslim).
Hampir jadi kewajiban! Jadi, begitu penting menyikatnya, menjaga kebersihan organ penting ini, gigi. Tanpanya, apa yang bisa kita nikmati? Apa bisa kita cerna? Jadi terbatas bukan?!
Masalahnya benarkah kita menyikatnya?
Sekarang itu sudah banyak beredar sikat gigi dan pasta gigi dengan berbagai pilihan  pula. Hanya muncul masalah lagi : cara menyikat masyarakat tidak sedikit yang lebih mirip menggosok gigi ( karena itu tidak menggunakan kalimat “ menggosok gigi”), mengamplas gigi, mengikis lapisan gigi yang pada akhirnya justru membahayakan si empunya. Menaggapi hal ini, seorang dokter gigi pernah berpesan, “ sebenarnya menyikat gigi sehari saja cukup, asal tekniknya benar. Tapi lebih baik lagi jika sering dan tekniknya benar.”.
Tak heran,  banyak produsen kemudian mencoba membantu konsumen dengan membuat bulu halus, selain banyak jenis pasta gigi, mulai dari yang berbahan herbal hingga ber efek memutihkan gigi.
Lantas kenapa siwak masih di pertahankan hingga sekarang? Berbicara mengenai sunah, siwak menjadi pilihan dalam kebersihan gigi. Siwak berbentuk batang, di ambil dari akar dan ranting segar tanaman arak (salvadora persica) yang berdiameter 0,1 cm sampai 5cm.
Penelitian terhadap kayu siwak seperti dibahas Abu Amman dalam artikel “ Mukjizat Siwak,” yang juga seringdi jumpai di artikel berbagai milis  menunjukan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plak, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat sebagai berikut.
·      Antibacterial acids, yang berfungsi membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin akan terasa pedas dan sedikit “membakar”, karena dapat kandungan serupa mustrad di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut. Kandungan kimia seperti klorida, pottasium, sodium bicarbonate, silika, sulfur, vitamin C, trimethyl amine, salvadorine, tannins dan beberapa mineral lainnya yang ber fungsi membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi.
·      Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
·      Enzim yang mencegah pembentukan plak yang menyebabkan radang gusi. Plak merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
·      Antidecay agent (zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses  pembusukan. Selain itu, siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana  saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Wudhu
     
Thaharah merupakan inti ibadah. Tanpa hal yang satu ini jangan harap sholat kita akan di terima. Ini pula kunci kesucian. Begitu sering Rasulullah Saw. menjaga wudhu, dalam rangka menjaga kesucian diri. Bahkan saat ada seorang yang marah sekalipuan, wudhu mujarap meredakanya. “Apabila ada seorang dari kamu dalam keadaan marah, maka berwudhulah. Sesungguhnya marah itu berasal dari api” (H.r. Abu Dawud).
       Apa sebetulnya hikmah yang tersimpan di balik syariat wudhu?
       Medis sedikit banyak bisa mengungkapkan rahasia di baliknya. Karena, wudhu ternyata merupakan ritual penyucian yang mengutamakan unsur kesehatan. Kesegaran yang di peroleh, tak hanya secara fisik, namun juga mental. Tak heran, marah bisa reda karenanya.
       Adalah Dr. Magomedov, asisten pada lembaga General Hygiene and Ecology ( kesehatan umum dan Ekologi) di Deghestan State Medical Academy, dalam artikelnya yang berjudul “ Muslims Rituals and Their Effect on the Person’s Health” mengetengahkan bagai mana wudhu dapat menstimulasi atau merangsang irama tubuh secara alami.
Rangsangan itu muncul pada seluruh tubuh, khususnya pada area yang di sebut Biological Active Spot (BASes) atau titik-titik aktif biologis. BASes mirip sekali dengan titik-titik refleksologi ala China.  Bedanya, untuk menguasai titik-titik refleksi ala China dengan tuntas paling tidak di butuhkan waktu 15-20 tahun. Bandingkan dengan praktik wudhu yang sangat sederhana!
       Dengan demikian, guyuran air wudh, dalam konsep pengobatan modern tidak lain adalah hidromassage alias pijat dengan memanfaatkan air sebagai media penyembuhan. Mengingat sistem metebolisme tubuh manusia terhubung dengan jutaan saraf yang ujungnya tersebar d sepanjang kulit.
       Membasuh wajah misalnya. Pijatan air akan memberikan efek positif pada usus, ginjal, dan sistem saraf maupun reproduksi. Membasuh kaki kiri berefek positif pada kelenjar pituitari di otak yang mengatur fungsi-fungsi kelenjar endrokin ( kelenjar yang bertugas  mengatur pengeluaran hormon dan mengendalikan pertumbuhan). Di telinga terdapat ratusan titik biologis yang akan menurunkan tekanandarah dan mengurangi sakit.
       Dibandingkan refleksologi yang hanya berfungsi menyembuhkan, keutamaan wudhu yang lain adalah sangat efektif untuk mencegah masuknya bibit penyakit. Menurut Dr. M. Aron Pase, kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi, serta mengatur suhu tubuh. Selain itu, kulit berfungsi sebagai ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori), serta media komunikasi antar sel saraf untuk rangsangan nyeri, panas, sentuhan, dan tekanan.
       Membasuh wajah bisa meremajakan sel-sel kulit muka, dan membantu mencegah munculnya keriput. Berkumur-kumur dalam bersuci berarti membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa makanan sering mengendap atau tersangkut di antara sela-sela gigi yang tidak di bersihkan (dengan berkumur-kumur atau menyikat gigi) akhirnya akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman. Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan luma kali sehari berarti tanpa kita sadari kita telah mencegah infeksi gigi dan mulut.
       Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung, melalui rongga hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fingsinya adalah untuk mensucikan selaput dan lendir hidung  yang tercemar oleh udara kotor juga kuman. Selaput dan lendir hidung merupakan basis pertahanan pertama penafasan. Berapa  kali kita terserang flu dalam setahun? Dengan istinsyaq, insya Allah kuman infeksi Saluran Pernafasan atas (ISPA), seperti flu dapat di cegah. Bisa di bayangkan, berapa kali lebih banyak kita terserang flu jika tidak ada syarat wudhu?!
       Dari sudut pandang medis, Mukhtar Salem dalam bukunya  prayer:a Sport For the Body and Soul menjelaskan bahwa wudhu juga bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit, terutama pada bagian tubuh yang kadang tidak terlindungi pakaian.
       Muka, kepala, beserta rambut, hidung, mulut, telinga, tangan hingga siku, dan kaki hingga pergelangan, semuanya sering terpapar lingkungan luar. Maka, cara paling efektif menjauhkan resiko ini adalah dengan membersihkannya secara rutin lewat berwudhu.

Mandi
      
Seorang sahabat pernah bercerita, ada kerabatnya yang panjang umur hanya dengan tiga hal : tidak makan sebelum lapar, berhenti makan sebelum kenyang, dan mandi sebelum subuh. Rutinitas itu begitu memberi makna . mengapa ?
       Menurut penelitian terbaru, mandi ternyata tidak hanya baik untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan menjauhkan stres, tetapi juga memiliki peran penting meningkatkan sistem kekebalan, membantu kulit terhindar dari penyakit (misalnya : sebuah studi yang di terbitkan dalam  New England Journal of Medicine menunjukan bahwa penderita diabetes yang meng habiskan hanya setengah jam berendam dalam bak air hangat dapat mampu menurunkan tingkat gula darah sekitar 13 persen.
       Penelitian terpisah di Jepang menunjukan bahwa 10 menit berendam di dalam air hangat mampu memperbaiki kesehatan jantung baik pria maupun wanita, membantu mereka menjalani tes olahraga lebih baik dan mengurangi rasa sakit. Demikian pula kebiasaan mengguyur sekujur tubuh dengan air dingin, membuat seseorang siap mengawali hari dengan semangat baru.
       Kongkretnya, seperti apa efek mandi pada tubuh sehingga begitu bermanfaat?
       Ada pilihan suhu yang bisa di gunakan : dingin hingga hangat. Jika stres menerpa, mandi air dingin akan menjadi jawaban yang tepat. Temperatur yang di anjurkan sekitar 12-18ºC. Mandi air dingin sangat baik meredakan ketegangan dan dapat meningkatkan gula darah. Inilah alasannya kenapa orang jepang lebih memilih mandi dengan air dingin di pagi hari, meski tersedia pilihan menggunakan air hangat. Alasan serupa menjadi jawaban kenapa mandi sebelum subuh (atau rentang berhawa dingin) menyegarkan, menjadi rahasia menakjubkan. Karena stres, tanpa stres, hidup akan jauh lebih bermakna.
       Sebaliknya mandi air hangat sekitar 32-35ºC membuka pori-pori yang dapat membantu mengeluarkan toksin (racun). Mandi air hangat juga dapat membantu menurunkan tingkat gula darah, menyembuhkan sakit otot dan membantu menjaga usus besar bekerja dengan baik. Mandi seperti ini di pilih setelah selesai ber aktivitas pada  sore hari, mengingat banyak zat racun yang terserap seharian.
       Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Haq setiap umat muslim adalah mandi (paling sedikit sekali) dalam tujuh hari dan membersihkan kepala dan badannya” (H.r. Bukhar, dan Muslim). Bagi seorang muslim, mandi merupakan salah satu bentuk syukur, terlebih lagi di negara yang masih dikaruniakan-Nya air yang melimpah seperti di negara kita ini, sekaligus sebagai penjagaan luar biasa terhadap kesegaran fisik dan mental.
“Maka gemerciklah air mancur Damaskus dalam kesucian Thaharah, ketika para’bangsawan’ di London menganggap mandi aktivitas berbahaya...”
(Salim A. Fillah)


SUMBER :